Jumat, 27 Mei 2016

Metode Tilawati


Metode Tilawati



Metodologi pembelajaran Al Quran semakin variatif, dengan kelebihan yang ditawarkan oleh tiap-tiap metode. Satu diantaranya yang saat ini sedang semarak dipraktekkan adalah metode TILAWATI.
Sebagai metode baru, hasil kreasi para “GURU NGAJI” Jawa Timur ini menawarkan beberapa spesifikasi sebagai berikut :
  1. Metode Tilawati terdiri atas 6 jilid buku, termasuk GHORIB dan MUSYKILAT. Tiap-tiap jilid berbeda warna cover
  2. Masing-masing jilid dilengkapi dengan PERAGA yang berisi 20 halaman. Fungsi peraga akan membantu santri belajar secara klasikal dan memudahkan penguasaan materi karena peraga ini akan diulang- ulang (satu peraga bisa khatam antara 17 – 21 kali)
  3. Menggunakan irama LAGU ROST, sebagai lagu dasar yang mudah difahami dan ditirukan
Perjalanan pembelajaran Al quran yang selama ini telah dilakukan dengan berbagai jenis metode, menemukan beberapa permasalahan yang menjadi dasar lahirnya Metode TILAWATI ini, diantaranya :
  1. Adanya pembinaan terhadap guru secara intens dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi guru yang baik
  2. Santri dimunaqosyah setiap akan naik jilid
  3. Model pengelolaan kelas merupakan perpaduan metode KLASIKAL dan BACA SIMAK secara seimbang, sehingga pengelolaan kelas dapat berjalan efektif dan target pembelajaran dapat tercapai
  4. Jumlah ustad yang terbatas, menjadi kendala klasik, sehingga banyak lembaga TPQ / TPA, berjalan tanpa adanya konsep jelas (terkesan asal jalan, anak-anak tetap masuk, tanpa ada target yang jelas). Dengan sistem TILAWATI, satu ustad dapat mengajar 15 – 20 santri secara bersamaan tanpa mengurangi kualitas.
  5. Biaya operasional TPA / TPQ menjadi lebih ringan, karena dengan sistem klasikal, beban biaya akan ditanggung secara proporsional oleh masing-masing santri, yang meliputi pengadaan buku Tilawati, Peraga, atau buku penunjang yang lain (materi hafalan, buku makhorijul huruf, buku panduan tajwid, kaset, MP3 dan VCD pembelajaran, dan lain-lain)
  6. Waktu pendidikan dapat diprediksi dengan jelas. Kelas ideal dalam Tilawati yaitu bilamana dalam satu pekan, santri masuk sebanyak 5x. Setiap pertemuan ditarget untuk menyelesaikan 4 halaman peraga dan cukup satu halaman buku tilawati (buku tilawati terdiri atas 44 halaman dan 20 halaman peraga). Sehingga peraga tilawati akan bisa khatam setiap 5 hari sekali, dan diulang lagi untuk pertemuan selanjutnya. Dengan perhitungan ini, santri dapat menyelesaikan satu jilid buku dalam waktu 44 x pertemuan, ditambah dengan pengayaan materi dan munaqosyah total menjadi 50 x pertemuan, yang setara dengan waktu 2,5 bulan. Untuk menyelesaikan Paket Lengkap Tilawati Jilid 1 – 6, diperlukan waktu 15 bulan, atau dengan asumsi ada udzur dalam pelaksanaan bisa dibulatkan menjadi 18 bulan (1,5 tahun). Berdasarkan data dan perhitungan diatas, kita dapat merencanakan program pembelajaran Ngaji Quran bagi anak-anak secara baik. Jikalau anak SD kelas 1 mulai belajar Tilawati, maka kelas 2 naik ke kelas 3, anak tersebut sudah menyelesaikan 6 jilid Tilawati dan siap transfer ke Al quran.
  7. Dalam belajar Al quran, anak-anak tetap akan dipandu oleh para Ustad dengan sistem baca simak. Jika dalam 1 pekan 5 x pertemuan, dan masing masing pertemuan menyelesaikan 2 halaman Al quran, maka dalam waktu 2 pekan, santri sudah menyelesaikan 1 juz Al quran. (dengan menggunakan Al quran standar, 1 juz 20 halaman), sehingga dalam kurun waktu 15 - 18 bulan, santri sudah khatam Al quran 30 Juz. Hal ini berarti, ketika anak kelas 3 naik kelas 4, anak-anak sudah rampung belajar Al quran, sehingga kasus drop out santri TPA akibat berbenturan jadwal dengan kegiatan ekstra kurikuler ataupun les tambahan bisa diminimalkan
FORMULA :
Buku Tilawati Jilid 1 – 6 : 18 bulan / 1,5 tahun
Al quran 30 juz : 18 bulan / 1,5 tahun
Target kualitas yang ingin dicapai dalam pembelajaran Metode Tilawati ini adalah santri menguasai bacaan Al quran dengan baik dan benar, yang meliputi :
  1. Fashohah (praktek), meliputi kaidah : Al waqfu wal Ibtida’; Muroatul huruf wal harokat; Muroatul huruf wal kalimat
  2. Tajwid (Teori dan Praktek), meliputi : Makhorijul huruf; Ahkamul huruf; Shifatul huruf; Ahkamul Mad wal Qosr
  3. Ghorib dan Musykilat (Teori dan Praktek)
  4. Suara dan Irama (Praktek), meliputi Kualitas vokal dan penguasaan lagu ROST










Air Terjun Nglirip - Tuban

Air Terjun Nglirip - Tuban

 

 

 

Legenda

Legenda Nglirip berawal dari pertemuan salah satu Adipati Tuban di zaman sebelum kerajaan Majapahit. Kala itu sang adipati terpesona melihat kecantikan perawan desa anak dari tokoh sakti di desa tersebut.

Perawan tersebut akhirnya dipinang dan dijadikan istri kesekian dari Adipati. Meski menjadi istri adipati hingga memiliki anak perawan, ia tak mau diboyong ke pendopo kadipaten.

Sang anak tersebut, belakangan memiliki kekasih dari rakyat jelata. Tapi, hubungan asmara ini ditentang orangtuanya, baik dari ibunya maupun ayahnya sang adipati. Sang anak minggat dari rumah setelah mengetahui kekasihnya, konon bernama Joko Lelono, tewas dibunuh prajurit kadipaten atas perintah ayahnya.

Sang putri pun akhirnya bertapa di salah satu goa di balik air terjun di tengah hutan, air terjun Nglirip. Putri yang patah hati ini menutup diri menolak ditemui siapapun. Hingga kini sesekali sang putri muncul tengah mengambil air di dasar air terjun Nglirip.

Putri yang bertapa itu disebut putri Nglirip, makanya ia kecewa kalau ada orang bercumbu rayu di sekitar air terjun.  Warga meyakini, putri Nglirip akan marah jika rumahnya di sekitar goa air terjun Nglirip dipakai pacaran. Tapi kalau pasangan suami istri biasanya tidak apa-apa.

Mitos

Secara kasat mata air terjun Nglirip mengundang pesona. Akan tetapi di baliknya, ada tradisi melegenda yang masih dipegang warga setempat. Apa itu?  Yang jelas, Nglirip pantangan untuk dijadikan tempat berkencan pasangan yang tengah mabuk asmara. Apalagi sepasang calon pengantin.

Mungkin fenomena ini agak ekstrim. Bila sudah bosan dengan pacar tanpa sebab dan ingin segera memutuskan hubungan, datanglah ke air terjun Nglirip di Desa Mulyoagung, Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban.

Dijamin tak sampai 40 hari setelah kencan di obyek wisata alami itu, hubungan asmara bakal terputus. Terlebih untuk pasangan yang tengah dimabuk asmara, namun belum ada pertalian suami istri.

Dan orang Tuban pun, tak berani menginjakkan kaki di wilayah Nglirip. Turun temurun pula, tak satupun calon pengantin berani bercumbu rayu di di sana.

Ihwal legenda yang sampai kini dipercaya warga setempat itu, terkait dengan keberadaan Putri Nglirip. Dan diyakini warga setempat, sang putri yang patah hati tetap melajang hingga karena kesaktiannya bisa berpindah alam.

Kedua pasangan bakal berangsur bosan dan kemudian putus dengan sendirinya. Putus pacar bisa tak sampai 40 hari, manakala saat kencan di sekitar air terjun Nglirip dibumbui dengan adegan berciuman. Bisa jadi cumbuan di Nglirip ibarat percumbuan terakhir mereka.

Setiap kali pasangan muda mudi datang kesini, selalu saya ingatkan agar tidak mendekati air terjun. Tapi mereka tidak percaya, mereka baru percaya omongan saya setelah putus dengan pasangannya,� ungkap Trimarmoyo (58), penjual es dengan di kompleks air terjun Nglirip di Desa Mulyoagung, Kecamatan Singgahan, Tuban kepada Duta di warungnya, kemarin siang.

Imron Rosyidi (36), warga Montong, Tuban menyatakan, sudah banyak kejadian bahkan sampai sekarang masih berlaku dan diyakini kebenarannya, air terjun Nglirip tidak bisa dipakai main-main. Asal pasangan belum bersuami istri dan hubungannya belum jauh layaknya suami istri masuk ke kompleks Nglirip dipastikan bakal putus.

Tapi kalau meskipun masih pacaran, tapi sudah melakukan hubungan intim biasanya tidak terpengaruh dengan sawab putri Nglirip. Saya sendiri pernah mengalami, putus dengan pacar saya karena kencan di Nglirip, ungkap Imron Rosyidi di kompleks air terjun Nglirip.






Legenda Putri Nglirip


Air terjun Nglirip setiap hari banyak dikunjungi oleh wisatawan yang
tertarik dengan keindahan dan panorama alamnya yang menawan. Selain
itu juga karena tertarik dengan adanya legenda Putri Nglirip yang
begitu kuat melekat dengan keberadaan wisata ini.

Konon menurut legenda itu, pada hari-hari tertentu di salah satu Air
Terjun dapat menyerupai relung batu-batu besar sehingga tampak
seorang putri nan cantik jelita sedang membatik. Ada pula versi yang
lain yang bercerita tentang seorang putri yang berparas menawan
sedang bermain air di bawah air terjun dengan diiringi beberapa putri-
putri pengawalnya yang lain.

Para putri gaib itulah yang dikenal dengan sebutan Putri Nglirip yang
dipercaya oleh warga setempat sebagai "dayang" penghuni lokasi air
terjun. Terlepas dari benar atau tidaknya legenda tersebut, yang
jelas di lokasi Air Terjun Nglirip ini memang dapat dirasakan pesona
dan aura misterinya. Terlebih dengan adanya makam seorang aulia
bersama Syech Jabbar yang dikenal dengan nama lain Mbah Jabbar yang
dikeramatkan warga setempat.

Karena itu kepada pengunjung diharapkan untuk tidak berucap dan
berbuat di luar batas kesusilaan. Pasalnya, selama ini menurut -
penjelasan beberapa warga sekitar lokasi- sering terjadi pengunjung
yang kerasukan setan karena mencoba melanggar pantangan-pantangan
tersebut.

Di satu sisi, keberadaan wisata Air Terjun Nglirip memiliki prospek
yang sangat potensial untuk dikembangkan secara lebih lanjut. Tetapi
sayangnya, hal ini tidak diimbangi dengan keseriusan Pemda Tuban
dalam membangun sarana dan prasarana penunjang wisatanya.

Hal itu tampak dari tidak dibangunnya toilet, mushola atau
dibenahinya kembali "shelter" pada beberapa bagian yang telah rusak,
tidak adanya pagar pengaman dan pagar pembatas, tidak adanya petugas
yang mengawasi atau memberikan pertolongan bila sewaktu-waktu terjadi
musibah tak terduga. Belum lagi kurang gencarnya pihak Pemda Tuban
dalam mempromosikannya keindahan air mancur Nglirip tersebut.
(Erleyana)


Tuban berarti “Jeram” dalam bahasa Kawi, yang berarti air terjun. Di kota yang memiliki panjang pantai 65 kilometer itu memang terdapat air terjun yang terletak di kecamatan Singgahan (air terjun nglirip) dan di kecamatan Semanding ( air terjun banyu langse ).

Taman Pendidikan Al-Qur'an

Taman Pendidikan Al-Qur'an














Taman Pendidikan Al Qur’an (disingkat (TPA/TPQ)) adalah lembaga atau kelompok masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan nonformal jenis keagamaan Islam yang bertujuan untuk memberikan pengajaran membaca Al Qur’an sejak usia dini, serta memahami dasar-dasar dinul Islam pada anak usia taman kanak-kanak, sekolah dasar dan atau madrasah ibtidaiyah (SD/MI) atau bahkan yang lebih tinggi.
TPA/TPQ setara dengan RA dan taman kanak-kanak (TK), di mana kurikulumnya ditekankan pada pemberian dasar-dasar membaca Al Qur'an serta membantu pertumbuhan dan perkembangan rohani anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Dasar Hukum

Peraturan Pemerintah No. 55 tahun 2007 pasal 24 ayat 2 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan menyatakan bahwa Pendidikan Al-Qur’an terdiri dari Taman Kanak-Kanak AL Qur’an (TKA/TKQ), Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA/TPQ), Ta’limul Qur’an lil Aulad (TQA), dan bentuk lainnya yang sejenis.

Perkembangan

Pertumbuhan TPA/TPQ menemukan momentumnya pada tahun 1990-an setelah ditemukan berbagai metode dan pendekatran dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an seperti metode membaca Al Qur'an Iqro dan lain-lain. Di Indonesia, menempuh pendidikan TPA/TPQ tidaklah wajib, namun dalam perkembangannya masyarakat membutuhkan lembaga ini untuk memberikan dasar-dasar membaca Al Qur'an (mengaji) kepada anak-anaknya terutama bagi orangtua yang bekerja.